Tentang Orang Baik
Oleh: Rangga Primadasa
“Dia bukan orang baik, jangan dengarkan”. Oh kawan jangan terburu menjustifikasi seperti itu, memangnya kau tahu siapa orang baik itu? ya dia itu bukan orang baik jadi orang baik itu yang tidak seperti dia. Itu terlalu absurd. Lalu bagaimanakah batasan orang itu baik atau tidak baik? Apakah orang yang memegang norma, agama, ideologi, dan sistem sosial bisa dikatakan orang baik? Apakah orang yang tidak memegangnya secara otomatis menjadi orang yang tidak baik?. Kalau seperti itu berarti kau memandang secara hitam putih. Apa tidak boleh memandang secara hitam-putih? Bukankah itu wajar? Bukankah orang baik selalu putih dan orang jahat selalu hitam? Kalau begitu kita semua hitam, karena kita tak mungkin selalu menjadi putih. Ah itu parsial sekali. Bukankah orang disebut putih karena kadar keputihannya lebih tinggi ketimbang kadar kehitamannya? Dan orang disebut hitam karena kadar kehitamannya lebih tinggi ketimbang kadar keputihannya?. Lalu mengapa kau melarangku mendengarkan dia? Bukankah juga ada kemungkinan kau melihatnya secara parsial semata hanya pada hitamnya? Kalau begitu untuk apa ada norma, agama, ideologi, dan sistem sosial jiak kita tidak bisa dipakai sebagai penentu siapa orang baik? Siapa bilang tidak bisa?. Bukankah kita bisa berkata” dia orang baik tapi sekarang tidak berbuat baik”. Dengan begitu kita bisa mendengarkan apa yang dikatakannya. Dengan adagium jangaan lihat siapa yang berkata tapi liaht apa yang dikatannya kita akan memandang semua orang baik dengan kadar tertentu. Bukan begitu kawan? Bukankah kau mau orang baik? Bukankah aku juga baik?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar