Sisi positif kapitalisme
Oleh: Rangga Primadasa
Ketika buruh, ketika proletar, ketika petani, ketika orang-orang kecil semuanya tertimpa kemalangan tak henti-hentinya kita punya pena, kita punya mulut menyalahkan kapitalisme sebgaia ideologi. Dan yang paling parah adalah ketika negeri ini banyak hutangnya kapitalisme lagi yang disalahkan. Memang kita bangsa yang suka menyalahkan. Suka mencari kambing hitam di luar. Tidak mencari kambing hitam di diri kita sendiri. Aku sendiri sempat mengutuki kapitalisme itu tanpa sadar bahwa aku cukup beruntung dan bersyur seharusnya dengan keberadaan kapitalisme itu.
Aku pergi menuntut ilmu memakai sepatu yang diproduksi dari upaya kaum kapitalis. Aku tak tahu bagaimana jadinya jika produksi sepatu masih menggunakan tangan dan tidak diproduksi secara massal untuk memenuhi keinginan masyarakat. Sanggupkah kerajinan kulit di tanggulangin sidoarjo memenuhi kebutuhan masyarakat sedunia kan sepati jikalau di seluruh dunia tidak ada perusahaan pemroduksi sepatu.
Aku ingin ke London misalnya, apakah harus aku berenang mengarungi samudra yang luasnya tak terkira. Coba kau bayangkan jika tidak ada perusahaan pembuat pesawat terbang yang memproduksi secara massal, mau mengantri berapa hari kita di Bandar Udara?
OKB—sebutan untuk orang kaya baru ingin punya mobil. Tapi sayang sekali mobil diproduksi hanya sedikit saja. Coba bayangkan jika mobil saja jumlahnya sedikit. Lalu apakah kemewahan itu hanya boleh dinikmati segelintir orang saja. Kapitalisme telah membuat pemerataan akan penikmatan fasilitas yang sebenarnya hanya untuk kalangan superelit saja. Bukan begitu?
Bayangkan jika motor diproduksi sedikit. Bukankah sebenarnya kau suka memanfaatkan motor sebagai fasilitas kehidupanmu?
Lalu mengapa kau mengutuki kapitalisme? Mungkin aku munafik menulis ini, sebab aku pernah mengutuki kapitalisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar