Eksistensialisme urban
Oleh: Rangga Primadasa
Eksistensialisme adalah filsafat dari Kiekergaard, Sartre, Mulla Sadra dan Heidegger. Urban adalah masyarakat perkotaan. Menurut kiekergaard "hidup itu tidak bermakna, dengan kata lain absurd". maksudnya, setiap manusia lahir tidak bermakna. manusia harus berusaha melalui kebebasan yang dimilikinya untuk membentuk makna hidupnya sendiri. Tapi yang perlu kita perhatikan adalah eksistensialisme urban berbeda dengan eksistensi urban. Eksistensialisme urban mengarah pada filsafat itu sendiri sedangkan eksistensi urban adalah keberadaan kaum urban. Eksistensialisme urban tentunya muncul dari orang urban yang berfilsafat.
Membeicarakan eksistensi urban nampaknya lebih mudah bagi kita sebelum membicarakan eksistensialisme urban. Orang urban mencari eksistensinya dengan berbagai macam cara, yang paling sering adalah penerapan materialisme. Hampir semua kaum urban menganut paham materialisme dalam hidupnya, subyektif dan inferior kedengarannya tapi kenyataannya memang demikian. Orang urban hampir segala tindak tanduknya adalah demi uang—materi.
Sedikit sekali filsuf dan seniman yang bertahan menetap di daerah urban. Seniman lebih suka kabur ke daerah primitif. Sebut saja Leo Tolstoy yang pergi ke pulau terpencil, dan Le Clezio yang berpetualang. Mencari ketenangan—itu alasannya. Pengecualian semisal Van gogh—pelukis yang menetap di daaerah urban, tapi dia kena kelainan saraf dan bunuh diri.
Lalu eksistensialisme urban itu apa? Bolehlah kita menyebut pemberian makna pada kehidupan urban. Penganut eksistensialisme urban adalah mereka yang mencari makna di dalam kehidupan urban yang dijalaninya. Karena ini adalah bentuk eksistensi tertinggi kaum urban ketimbang terus-menerus bermaterialisme tanpa jeda. Eksistensialisme urban akan terus tumbuh karena kehidupan masyarakat kita sekarang mengarah kepada kehidupan urban. Kehidupan urban kita akan absurd jika tak kita beri makana. Benarkah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar