Mutu Kehidupan
Oleh: Rangga Primadasa
Mutu kehidupan seseorang ditentukan oleh apa? Mencaoba membuat kelas dalam masalah mutu kehidupan: bahagia dan tidak bahagia. Membuat kelas semacam ini masih membuat kita bingung karena batasan orang bahagia dan tidak bahagia agak susah. Yang paling mudah bahagia itu tersenyum dan tidak bahagia itu cemberut. Kalau begitu mutu kehidupan dapat ditentukan oleh tersenyum atau tidaknya seseorang. Orang yang mutu kehidupannya baik adalah orang yang bahagia yang salah satu cirinya adalah tersenyum, ini lebih cocok.
Berbicara masalah senyuman: pernahkah kita mendengar adagium: semua orang yang tersenyum tidak mesti bagagia. Wah kalau begitu mutu kehidupan tidak bisa dilihat dengan indikator senyuman. Ini masih dari satu sisi saja. Jikalau kita dapat memastikan seseorang itu tersenyum dari hati maka pastilah dia bahagia dan mutu kehidupannya sangat baik.
Mutu kehidupan ditentukan oleh mutu komunikasi seseorang—begitulah menurut Tony Robbins. Semakin baik kualitas komunikasi seseorang berarti semakin baik mutu kehidupannya. Apa memang demikian? Aku mencoba setuju dengan pengalaman empiris. Ketika aku dengan mudah menyampaikan pemikiran kepada orang lain aku merasa bahagia dan tersenyum secara otomatis, meski terkadang senyum itu terkadang hanya simpul kecil. Tetapi ketika aku susah untuk menyampaikan pemikiran aku merasa suntuk.
Yang paling mudah untuk kita lihat adalah ketika seseorang punya banyak masalah dan dia memiliki sahabat yang mau mendengarkan keluh kesahnya terlihatlah mutu kehidupannya yang tinggi. Ketika seseorang tak memiliki tempat berkeluh lihatlah kerut wajahnya yang tanpa senyum, tanpa kebahagiaan—mutu kehidupannya rendah.
Pemimpin yang mutu kehidupannya tinggi adalah pemimpin yang visi misinya tersampaikan kepada semua timnya. Penulis yang mutu kehidupannya tinggi adalah penulis yang mampu menyampaikan substansi dari yang dituluisnya kepada pembacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar