10 Jul 2009

surat 4

Assalamualaikum sayangku sarindra. Apa kau masih mencintaiku hari ini? Aku masih mencintaimu dengan setulus hatiku sayang. Kau adalah yang pertama bagiku, aku tak tahu bagaimana memperlakukan dirimu yang terbaik.

Sebuah bangunan akan kita bangun
Entah bangunan apa
Yang pasti pondasinya adalah
Cinta
Ketulusan
Penerimaan kekurangan
Penghormatan kelebihan
Transformasi

Aku ingin menjadi kafkian
Di sini


Aku terbangun dan menyaksikan diriku berubah menjadi seekor semut merah. Entah ini kutukan atau apa. Yang jelas aku sekarang adalah semut merah. Awalnya aku adalah seorang rangga yang entah narsis atau tidak, cukup rupawan. Aku adalah seorang pemimpin sebuah kerajaan dimana rakyatnya sedang kelaparan. Kau tahu aku kebingungan, menjadi manusia saja aku tak bisa berbuat banyak apalagi sekarang menjadi semut merah yang kecil. Apa kuasaku. Kehendak bebasku tak akan mampu berbuat banyak. Kapasitasku juga tak banyak.

Kekasihku, dia berada jauh di sana. Dia tak akan tahu aku sekarang menjadi seekor semut merah di sini. Apa dia akan mencintai seekor semut merah kecil dan dibenci.

Aku mulai melihat kaki-kakiku, jumlahnya empat, luar biasa. Ini adalah peningkatan jumlah kaki yang pertama padaku. Tak pernah kualami sebelumnya.ah bentuk kakuku aneh begini, aku ingin tertawa tapi lebih baik diam karena aku yakin tak ada yang mendengar. Kulihat tubuhku, kuraba tubuhku, oh..aku tak punya tulang belulang. Aku tak punya rusuk. Ya beginilah aku.

Aku tidak kuning langsat lagi. Ah..merahnya seperti gula aren. Aku teringat suatu kali di sebuah pasar, masih dalam daerah kekuasaanku. Gula aren itu manis sekali. Tetapi tubuhku tidak manis. Ehm...tapi aku merasa bau gula aren sekarang.

Aku merayap menuju dapur istana. Ya tuhan biasanya hanya beberapa jengkal saja, tapi ini, ribuan langkah kakiku tak kunjung membawaku pada gula aren di sana.

”sang raja tidak ada di kamarnya, dia menghilan.”seorang penjaga istana berteriak demikian. Ah dia tidak tahu aku menikmati gula aren di dapur ini. Kerajaan semakin gempar. Dua tiga hari seminggu sebulan mereka mencariku. Dan tentu mereka tidak akan menemukanku. Karena tidak ada yang mungkin mengenaliku. Bahkan mungkin kekasihku. Apakah benar sayangku?

Kekasihku datang kemari, dia ikut gusar mengetahui kepergianku. Hilangnya aku. Aku berteriak-teriak tetapi dia tidak akan mendengar. Bahasaku tentu berbeda dengan bahasanya sekarang. Aku semut dia manusia. Dia manusia aku semut. dia bisa menginjakku aku tak bisa menginjaknya. Dia besar aku kecil.

Aku tahu dia akan duduk di bawah pohon pinus di kebun asri kerajaan. Kupandang dia masih cantik di sana. Dia centil dan genit padaku, biasanya. Tetapi kulihat kesedihan dimatanya itu. Meski aku semut merah aku bisa membaca matanya, karena aku mengenalnya meski tak seberapa.

Meski aku semut merah
Aku harus menjaga eksistensiku
Aku mulai mencari teman
Bukan bangsa manusia
Dan pasti bangsa semut
Aku dapat satu teman
Dua teman
Tiga teman
Empat teman
Dan semakin banyak saja.
Di pohon pinus ini ternyata ada sebuah kerajaan semut. aku bertemu dengan raja semut. aku menceritakan apa yang terjadi padaku. Dia bersedia membantuku.

Dedaunan berguguran
Indah nian

Daun daun itu dengan komandoku
Berhasil tersusun menjadi HURUF S
Kami pertahankan sampai kekasihku itu sadar akan hal ini. Kulihat matanya mengarah pada dedaunan ini, aku yakin dia membaca ini HURUF S. Setelah berhasil menarik perhatiannya kami atur posisi sehingga menjadi HURUF A. Terus sampai secara keseluruhan menjadi kalimat: SAYANGKU INI AKU KEKASIHMU, AKU MENJADI SEMUT MERAH.

Aku besyukur dia terus memperhatikan formasi kami kaum semut yang berubah-ubah ini. Kami melanjutkan menyusun kalimat: APA KAU MENCINTAIKU? BANTULAH AKU KEMBALIKAN UPETI GULA AREN YANG MENCEKIK MASYARAKAT.

Penghasilan utama masyarakat kerajaanku adalah gula aren. Selama aku menjadi raja aku menetapkan upeti dalam jumlah besar kepada mereka. Karena itu aku dikutuk para dewa. Beruntung aku punya kekasih seperti dia. Dia mengembalikan semua upeti kepada masayrakat. Dia memerintah sementara kerajaan dan menghapuskan upeti aren. Dan aku kini menjadi manusia kembali. Tak berapa lama tak ada masyarakat yang kelaparan lagi.

Nasihat tersirat: segala sesuatu akan kita manfaatkan untuk membangun komunikasi secara positif untuk terus saling memahami, saling mengenal. Bukankah begitu sayangku Sarindra dewi?

Kekasihmu yang mencintaimu
Rangga primadasa
6:50 pm 2 june 2009

Tidak ada komentar: