Edogawa Ezra
Si rumi kecil
“setiap pohon yang tidak berbuah, seperti pohon pinus, pohon saru dan lain-lain, tumbuh tinggi dan lurus, mengangkat kepalanya ke atas, dan semua cabangnya ke atas. Sedangkan semua pohon yang berbuah menundukkan kepala mereka, dan cabang-cabang mereka mengembang ke samping.” Begitu pula Rasulullah adalah orang paling rendah hati. Meskipun dia memiliki kebajikan dan keutamaan orang-orang dahulu kala dan orang-orang sekarang, dia—seperti sebuah pohon yang berbuah—lebih rendah hati daripada nabi-nabi lainnya. –penggalan kaA-kAtA jaLAluDDin Rumi
Adalah wajar Kita sebagai manusia di zaman ini mengagumi sosok JalaluDDin Rumi yang kesohor sebagai Sufi. Bukan suka film seperti kita. Tapi sufi beNERan.
1430 hijriah si Rafah, Gaza CITy. Lahirlah Edogawa EZRA. Orang memanggilnya rumi kecil. Karena masih dalam garis keturunan rumi. 11 tahoen KemuDian dia mengikuti jejak bapak BOUyutnya JalaluDDin Rumi. Edogawa ezra membuka lembaran hikayat bapak buyutnya. Dia membaca penggalan bagaimana rumi mengagumi Rasulullah SAW. Ezra hanyalah memiliki jubah darwisy dari orang-orang terdekatnya. Dan mulaikah EZRA mengikuti kelompok darwisy di GAZA city.
Sambil terus menari darwis EZRA menagis rintih pilu. Sepertinya dia bertemu dengan jalaluddin rumi ketika manangis. Ezra tersenyum, mungkin dia sedang bercanda-canda dengan kakek boeyoetnya itu. teruslah menari EZRA. Suara itu terngiang di telinga Ezra, kencang dan semakin kencang. Rumi kecil telah lahir. Rumi kecil telah lahir ke dunia. Dan sebuah hikayat baru AK@n tercipta darinYA.
***
Martir-martir israel terus terdengar merdu di hati rumi kecil. Suara pesawat-pesawat itu tak lagi terdengar mengerikan ketika menari darwisy. Ezra edogawa—rumi kecil telah lahir di bumi palestina. Rumi kecil menyelipkan mawar di pakaiannya, di belakang di ikatan pinggangnya. Terus rumi kecil berputar, dan mawar itu sebagai simbol cintanya kepada Rasulullah, kepada Ali bin Abi Thalib, kepada Abu Hanifah dan kepada Kakek buyutnya Jalaluddin Rumi. Seakan tak peduli dengan yang terjadi di luar sana antara HAMAS dan Israel. Rumi kecil terus berdarwisy.
Rumi kecil kini menjadi 20 tahun. Berjalan rumi kecil, bertemu dengan sesosok jelita bernama Edelweiss. Apa kabar ciptaan Allah Yang Maha menguasai hatiku sehingga kini hatiku terpaut pada kecantiknmu jeliTA. Begitu ucap rumi kecil sambil melambaikan mawar untuk edelweiss cute dan cantik.
Edelweiss tersenyum bahagia menerima mawar itu dan berkata: wahai pemuda tampan, jangan kau perlakukan aku seperti itu, itu membuawatkoe naRsis, dan narsis itu sumbeR hawa napsu. Tahukah kamu pemuda tampan. Jawab Edelweiss.
Oh begitu mulianya engkau jelita, bisakah kita menikmati tiga cahaya bersama. Cahaya itu bulan bintang dan mentari. Aku ingin berada di puncak dinginnyanhimalaya menikmati bulan, bintang, dan mentari bersamamu jelita. Ujar rumi kecil
Jangan begitu pemuda tampan. Mintalah pada orang tuaku dulu. Mintalah dengan membawa mahar yang sedikit saja. Orang tuaku Pasti menerimamoe. insyaALLAh. Dan selanjutnya kita bisa menikmati tiga cahaya di himalaya bersama.
Sebaiknya kita menari darwisy dan melihat indahnya ciptaan sang MAHA melihat yaitu himalaya yang kesohor itu dari tarian dulu sambil mangagungkan ALLAh SWT. Maukah kau rumi kecil. Ajak edelweiss dengan semangat 45.
Baikalah, kenakan pakaianmu ini dan menarilah bersamaku. Menarilah seperti kakek buyutku jalaluddin rumi. Ayolah kita berputar dan berputar. Dan kenakan mawar ini di ikatan pinggangmu sebagai bukti romantisnya cintamu pada ALLAH sang Maha Mendengar.
Kini si jelita Edelweiss dan si rumi kecil Edogawa Ezra sedang menari darwisy. Berputar dan berputar indah sekali gerakan itu. Sambil membayangkan himalaya yang ALLAH ciptakan agar kita ujar SUBhanallah, Maha Suci Allah sebanyak-banyaknya. Sementara martir terus berkumandang melebihi kumandang Adzan yang indah.
***
Kelompok darwisy, akhirnya mau tak mau harus meninggalkan Gaza City, dan pergi ke kairo, mesir. Karena palestina kini tak aman lagi. Karena palestina tidak bisa lagi menari sebebas dulu. Edogawa ezra dan kelompok darwisynya kini mendapatkan eksistensinya di kairo, Mesir
Tak berapa lama edogawa ezra 21 tahun menikah dengan edelweiss 18 tahun. Mereka hidup seperti mesir dengan nil yang tidak bisa terpisah. Satu kesatuan yang indah. Seperti pakistan dengan taj Mahal. Mereka pasangan sufi yang terus manari darwis.
Dan kisah ini harus berakhir hari ini tanpa kepuasan dari penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar